Seiring dengan
berjalannya waktu, musik terus berkembang mengikuti zaman yang kian
modern, khususnya Electronic Dance Music
(EDM). Dwivy Andre Kusuma (20), pemilik fanbase Daft
Club Indonesia mengaku EDM akan terus
berkembang dan menyebar ke semua kalangan. Melalui berbagai akun sosial
media, Daft Club Indonesia hadir sebagai
wadah pecinta EDM dan Daft Punk di
Indonesia.
Daft Club Indonesia hadir pertama kali melalui Twitter
dengan akun @DaftClubIndonesia pada 18 November 2013. Dwivy Andre Kusuma yang
akrab disapa Andre, mengungkapkan bahwa ia membuat akun fanbase tersebut karena belum adanya wadah untuk penggemar Daft Punk
di Indonesia yang aktif memberi berbagai info terbaru. Selain itu, ia ingin
membangun sebuah campaign besar agar
Daft Punk melakukan konser di Indonesia.
Andre mengaku dalam membangun fanbase tersebut ia lakukan dari nol. Pria berkaca mata ini pun
mulai mengumpulkan berbagai penggemar Daft Punk dari segala kalangan.
Keinginannya untuk membesarkan perkumpulan pecinta Daft Punk itu didukung oleh
banyak pihak, seperti EDM fanbase
lain, para pencinta EDM, pegiat EDM, dll. Kini jumlah followersnya di Twitter sudah lebih dari
2000 akun!
Tren Twitter sebagai sosial media utama di kalangan
masyarakat yang mulai menurun tak membuat pria kelahiran tanggal 18 Juni ini
berhenti mencari cara agar Daft Club Indonesia tetap eksis dan berkembang.
“Gue mulai
merambah ke sosial media lain yang lebih dekat dengan masyarakat, seperti Line,
Path, dan Instagram,” ujar Andre yang ditemui di Bandung.
Daft Club Indonesia yang memiliki tujuan awal untuk
mendekatkan orang-orang yang suka EDM,
khususnya Daft Punk ini menyebarkan informasi tentang Daft Punk dan EDM melalui sosial media lain. Andre
juga membuat sebuah grup Line untuk saling berinteraksi antar angota dengan
berbagai topik diskusi.
Topik yang selama ini ia sebarkan melalui Daft Club
Indonesia tidak selalu berkaitan dengan Daft Punk. Menurut penuturannya, ia
juga mengkampanyekan tentang #EDMPositif. Ia ingin merubah anggapan banyak
orang tentang EDM yang selama ini dinilai
sebagai hal negatif. Bersama dengan Front Row Flag Indonesia, komunitas pecinta
EDM di Indonesia, Andre mengemas berbagai informasi di Daft Club Indonesia agar
dapat merubah stigma tersebut.
“Gue memang
setuju kalo EDM dibilang musik dugem,
tapi anggapan kalau EDM selalu
negatif, gue enggak setuju. Hanya karena umumnya EDM dimainkan di club, tidak dapat membuat orang menilai
pecinta EDM sama rata. Enggka semua orang yang dateng ke club itu hanya untuk minum-minum dan melakukan hal negatif, banyak
yang karena memang menikmati musik,” tutur Andre.
Andre yang memang sudah menyangka bahwa Daft Club
Indonesia akan menjadi besar mengungkapkan bahwa masih banyak orang yang
menilai EDM negatif itu memiliki
wawasan sempit tentang musik ini. EDM di
Indonesia sudah berkembang ke segala kalangan. Ia juga mengungkapkan bahwa saat
ini makin banyak bermunculan produser-produser musik EDM usia muda yang bertalenta. Menurutnya, hal itu membuktikan
bahwa EDM tidak selamanya negatif.
Ia sendiri mengaku akan terus berupaya agar merubah
pandangan negatif banyak orang tentang musik yang sudah dikenalnya sejak 2010
itu. Daft Club Indonesia ia jadikan sarana untuk berkampanye dan
menyebarluaskan semangat #EDMPositif. Walaupun ada keraguan dalam dirinya, ia
akan terus berusaha, salah satu caranya adalah dengan bekerja sama dengan
berbagai pihak.
“Semoga EDM di Indonesia semakin berkembang kreatif dan stereotype tentang pecinta EDM yang negatif perlahan-lahan mulai hilang,” tutup Andre. (Dewi Rachmanita Syiam)
“Semoga EDM di Indonesia semakin berkembang kreatif dan stereotype tentang pecinta EDM yang negatif perlahan-lahan mulai hilang,” tutup Andre. (Dewi Rachmanita Syiam)